Duta Budaya, Duta Dakwah: Peran Strategis Generasi Muda dalam Merawat Warisan dan Menyebarkan Nilai Islam

 

Disusun Oleh:
Ahmad Khoirul Anam Assafi’i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

Indonesia, sebagai negeri dengan beragam budaya, menyimpan kearifan lokal yang tak ternilai harganya. Di antara beragama itu, Islam hadir sebagai agama yang damai, yang mengutamakan pendekatan budaya dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Sejarah mencatat bahwa Wali Songo menjadi pelopor dakwah berbasis budaya yang berhasil menyentuh hati masyarakat Nusantara. Hal ini menunjukan budaya ini bisa menjadi jembatan propaganda yang efektif. H.O.S.Tjokroaminoto pernah berkata: "Jika Anda ingin melihat masa depan negara, lihat generasi mudanya hari ini.’’ Oleh karena itu, generasi muda memiliki peran vital sebagai penjaga identitas budaya sekaligus penyambung dakwah Islam di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang kian deras.

Generasi muda saat ini hidup dalam era keterbukaan dan informasi digital yang menuntut adaptasi cepat. Namun, justru di tengah kemajuan ini, mereka dapat memainkan peran strategis dalam melestarikan budaya lokal dan menyampaikan nilai-nilai Islam secara kreatif. Dakwah yang dulunya dilakukan secara lisan dan langsung, kini berkembang melalui seni, media sosial, hingga konten kreatif berbasis digital. Sebagai contoh, kelompok hadrah seperti Syubbanul Muslimin telah menjadi magnet spiritual bagi kalangan muda. Selawat yang dikemas dengan seni musik yang menyentuh berhasil menanamkan cinta kepada Rasulullah SAW, tanpa harus meninggalkan akar budaya lokal. Fenomena ini membuktikan bahwa generasi muda tidak kekurangan daya kreatif maupun semangat dalam menyebarkan nilai Islam. Perlu diakui bahwa kepekaan generasi muda pengembangan di era zaman adalah kekuatan unik yang dapat digunakan untuk menjaga jati diri bangsa sekaligus menjalankan misi dakwah. Dalam hal ini, dakwah kultural menjadi pendekatan yang strategis karena menyentuh ranah emosional masyarakat tanpa menimbulkan resistensi. Selain itu, berbagai platform media sosial seperti Youtube, Instagram, dan TikTok. 

Kehadiran budaya asing yang tidak sesuai dengan prinsip Islam yang sering terjadi dengan mengikis semangat pelestarian budaya bangsa. Generasi muda lebih akrab dengan budaya populer asing dibandingkan kesenian daerah atau tradisi Islami yang sarat nilai moral. Dalam situasi ini, membentengi generasi muda menjadi hal yang sangat penting. Pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai Islam dan kebijaksanaan lokal harus menjadi pilar utama mengembangkan generasi muda. Pendidikan bukan hanya cara untuk mentransfer sains dan sarana untuk menanamkan identitas dan nilai. Oleh sebab itu, sinergi antara pendidikan, komunitas, dan teknologi untuk membentuk pemuda yang tidak hanya melek digital, tetapi juga berkarakter Islami. Pendidikan karakter berdasarkan kebijaksanaan lokal dan pendidikan Islam bisa resmi nonformal. Dakwah kultural menjadi jawaban strategis dalam membumikan nilai-nilai Islam secara damai dan kontekstual. 

Sebagai tambahan dari tugas-tugas edukatif, kolaborasi lintas bidang sangat penting untuk memaksimalkan peran generasi muda. Pelibatan pemuda dalam festival kebudayaan, lomba dakwah digital, pameran seni Islami, hingga komunitas literasi berbasis nilai-nilai keislaman dapat menjadi ruang aktualisasi yang sangat berharga. Ini menunjukkan bahwa syiar Islam bisa berjalan seiring dengan pelestarian budaya bangsa. Melalui peran sebagai content creator dakwah budaya, pemuda dapat menyampaikan pesan Islam dengan cara yang kreatif dan kekinian. Mereka dapat membuat podcast bertema sejarah Islam nusantara, video dokumenter pelestarian tradisi lokal Islami, hingga mengelola akun instagram yang menampilkan puisi-puisi dakwah atau visualisasi nilai-nilai moral Islam melalui seni digital. peran generasi muda dalam menyebarkan dakwah berbasis budaya juga dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas nyata berbasis komunitas. Misalnya, pemuda bisa membentuk kelompok seni dakwah di tingkat desa atau sekolah, seperti teater dakwah, marawis, hadrah, atau puisi religi. Aktivitas ini tidak hanya menyalurkan bakat dan minat, tetapi juga menyampaikan nilai Islam secara menyenangkan dan kontekstual. Generasi muda tidak hanya di bidang seni, tetapi juga dapat menghidupkan kembali tradisi keagamaan lokal yang telah dimulai. Contohnya adalah tradisi membaca dari Jumat malam, memperingati ulang tahun ke Nabi Muhammad dengan ekspresi artistik atau festival 1 Muharam dengan nuansa Islam setempat. Kegiatan semacam itu dapat menggairahkan semangat religius masyarakat sekaligus mempererat solidaritas sosial. 

Dalam hal literasi, pemuda berperan penting untuk menyebarkan nilai Islam melalui media tulis. Mereka bisa membuat blog, majalah digital, atau news letter kampus yang menyajikan topik-topik seputar budaya Islam nusantara. Bahkan bisa juga dapat mengembangkan platform pelatihan online berbasis budaya. Inovasi dalam media dakwah ini menjadikan Islam terasa dekat, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan masa kini. Dengan memanfaatkan Teknologi digital dapat dengan hati -hati mencapai lingkaran yang lebih luas dari, termasuk yang tidak ditangani oleh pendekatan tradisional. Ini adalah pentingnya pemuda yang tidak hanya non-teknis tetapi juga memiliki visi dakwah yang moderat dan inklusif. Generasi muda bukan hanya pemilik masa depan, tetapi juga penentu arah perjalanan budaya dan dakwah hari ini. Menjadi duta budaya berarti mencintai akar bangsa sendiri. Menjadi duta dakwah berarti menyebarkan cahaya Islam dengan penuh kasih dan kearifan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam gerak budaya yang dinamis, generasi muda mampu menjadi penjaga harmoni antara identitas, iman, dan kebangsaan. Inilah saatnya bagi kaum muda untuk menciptakan budaya sebagai simbol-simbol dan membentuk jembatan yang menghubungkan bangsa dengan perdamaian dan persaudaraan lalu seharusnya tidak berhenti pada tataran konsep, tetapi diwujudkan melalui langkah nyata. Misalnya dengan menginisiasi komunitas budaya Islami di lingkungan kampus, menghidupkan kembali tradisi lokal yang selaras dengan nilai-nilai Islam, serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan wisata religi dan budaya. Hal ini akan memperkuat citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, serta memperkaya identitas nasional dengan nuansa spiritual dan estetika. Sebagai penutup, peran generasi muda sangatlah strategis dalam menjembatani budaya dan agama. Di tengah tantangan zaman, mereka hadir sebagai agen perubahan yang bisa membawa Islam tetap hidup, dinamis, dan membumi di tanah airnya sendiri. Islam dan budaya lokal tidak perlu dipertentangkan, tetapi dapat bersinergi membentuk masyarakat yang beriman, berkarakter, dan berperadaban. Pemuda adalah jantung dakwah dan denyut budaya, keduanya harus bergerak serentak demi Indonesia yang damai, beradab, dan Islami.

Editor: Guntur Wicaksono

Posting Komentar untuk "Duta Budaya, Duta Dakwah: Peran Strategis Generasi Muda dalam Merawat Warisan dan Menyebarkan Nilai Islam"